Kamis, 28 November 2013

(MASALAH, VARIABEL, HIPOTESIS, DAN DATA) DALAM PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF, SERTA PENGEMBANGAN



(MASALAH, VARIABEL, HIPOTESIS, DAN DATA) DALAM PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF, SERTA PENGEMBANGAN
(by: Ali Hasbi R & Teguh Pribadi)

A.    Masalah Dalam Penelitian

Dasar melakukan penelitian adalah untuk menemukan jawaban akan setiap masalah, jadi hal pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan penelitian adalah menemukan masalah. Penentuan masalah penelitian adalah sesuatu yang sangat penting bagi seorang peneliti. Setelah masalah diidentifikasi si peniliti harus secara tepat menentukan permasalahannya.
Menurut C. R. Khotari (2004:24) “Seorang peneliti harus menemukan masalah dan merumuskannya sehingga menjadi rentan dan layak untuk penelitian”. Masalah dalam penelitian merupakan jantung penelitian, karena dengan masalah penelitian peneliti dapat menentukan proses selanjutnya dalam penelitian tersebut, seperti pada ilustrasi gambar berikut:
Gambar 1: Masalah Sebagai Jantung Penelitian
1.    Definisi Masalah Penelitian.
Menurut Sugiyono (2012:32) “masalah diartikan Sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan”.
Menurut C. R. Khotari masalah penelitian adalah “mengacu pada beberapa kesulitan yang peneliti alami dalam konteks baik situasi teoritis atau praktis dan ingin mendapatkan solusi untuk hal yang sama”. Jadi dapat disimpulkan masalah dalam penelitian adalah:
Ø  Masalah penelitian adalah masalah yang layak untuk diteliti
Ø  Merupakan masalah yang menimbulkan ketidak puasan, atau tidak sesuai dengan harapan.
Ø  Sesuatu yang dirasa menyulitkan sehingga perlu diubah
Ø  Suatu proses yang tidak berjalan baik
Ø  Kondisi yang perlu ditingkatkan
Ø  Kesulitan yang harus diatasi
Ø  Pertanyaan yang memerlukan jawaban
Menurut C. R. Khotari dalam mendefinisikan masalah penelitian harus terdapat:
(i)        Harus ada individu atau kelompok yang memiliki beberapa kesulitan atau masalah.
(ii)      Harus ada beberapa tujuan yang akan dicapai. Jika seseorang tidak ingin apa-apa, maka orang tersebut tidak bisa menemukan masalah.
(iii)    Harus ada sarana alternatif (atau program tindakan) untuk memperoleh keinginan untuk mencapai. Ini berarti bahwa harus ada setidaknya dua cara yang tersedia untuk peneliti karena jika ia tidak punya pilihan sarana, ia tidak bisa memiliki masalah.
(iv)    Harus tetap Ada beberapa keraguan dalam pikiran seorang peneliti berkaitan dengan pemilihan alternatif. Ini berarti bahwa penelitian harus menjawab pertanyaan mengenai efisiensi relatif dari alternatif yang mungkin.
(v)      Harus ada beberapa lingkungan yang menyinggung kesulitan.



2.     Sumber Masalah
Sumber masalah merupakan salah satu masalah bagi peneliti, terutama penliti pemula. Beberapa hal yang bisa dijadikan sumber masalah adalah sebagai berikut:
-          Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan
-          Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan
-          Ada pengaduan
-          Ada kompetisi
Selain itu terdapat juga sumber-sumber masalah, antara lain:
1. Literatur: Buku, Jurnal
2.  Literatur tdk dipublikasikan: Makalah-makalah seminar Thesis, Disertasi, Kertas kerja.
3. Ide, dengan ide Masalah dapat diperoleh dengan:
1. Formal:
a. Metode analog, menggunakan pengetahuan tertentu untuk masalah bidang lain.
b.  Metode Renovasi, memperbaiki atau mengganti komponen teori atau metode yg kurang relevan
c. Metode dialektis, metode mengajukan usulan pengembangan teori atau metode yg telah ada.
d.  Metode Morfologi, metode analisis berbagai kemungkinan kombinasi masalah penelitian yg saling berhubungan
e.  Metode Dekomposisi, membagi masalah dalam elemen yg lebih spesifik misal masalah Brand ke brand loyality konsumen.
f. Metode Agregasi, penelitian berbagai bidang untuk masalah penelitian yang lebih kompleks.
2. Metode Informal:
a. Metode Perkiraan atau Intuisi, masalah penelitian berdasakan intuisi bisnis.
b. Metode Fenomenologi, Observasi informal fakta.
c. Metode Konsensus, berdasar konsensus praktik bisnis
d. Metode pengalaman, berdasar pengalaman orang atau organisasi.
Tidak semua masalah dapat dijadikan bahan penelitian, pemilihan masalah harus diawali dengan studi pendahuluan. Ada beberapa hal yang tidak dapat dijadikan penelitian, untuk mengukur masalah tersebut dapat diteliti atau tidak bisa dilakukan dengan metode analisis FINNER, yakni:
a.    Feasible (kemampulaksanaan)
     Feasible adalah kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian, meliputi: tersedia subjek penelitian, tersedia dana, tersedia waktu, tersedia alat, tersedia tenaga (keahlian)
b.    Interesting (menarik)
     Menarik adalah baik bagi peneliti maupun bagi orang lain, bagi peneliti maksudnya apabila peneliti kurang tertarik maka kemungkinan penelitian tersebut akan gagal cenderung lebih besar, menarik bagi orang lain maksudnya adalah apabila orang lain kurang tertarik dengan penelitian tersebut maka orang lain cenderung tidak membaca hasil penelitian tersebut.
c.    Novel (memberikan sesuatu yang baru)
     Hal ini berkaitan dengan sesuatu yang baru, karena seutau yang baru cenderung untuk menarik pembaca dan penelitian ini dapat lebih bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.
d.   Ethical (etis)
     Penelitian tentu saja tidak boleh bertentangan dengan etika-etika yang ada dalam masyarakat.
e.    Relevant (relevan)
     Penelitian haruslah relevan sesuai dengan bidangnnya, maupun relevant bagi pengambil kebijakan.
Menurut C. R. Khotari  poin-poin berikut dapat diamati oleh peneliti dalam memilih penelitian masalah atau subjek untuk penelitian :
·         Subyek yang sudah terlalu lama tidak boleh dipilih, karena itu akan menjadi tugas yang sulit dan kurang kekinian.
·         subjek kontroversial tidak harus menjadi pilihan seorang peneliti.
·         masalah Terlalu sempit atau terlalu samar harus dihindari.
·         Subjek dipilih untuk penelitian harus akrab dan layak sehingga bahan penelitian terkait atau sumber penelitian berada dalam jangkauan.
·         Pentingnya subjek, kualifikasi dan pelatihan peneliti, biaya yang terlibat, faktor waktu dan beberapa kriteria lain yang juga harus diperhatikan dalam memilih masalah. Dengan kata lain, sebelum pemilihan akhir masalah ini dilakukan, peneliti harus bertanya pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut:
·         Apakah ia dilengkapi dalam hal latar belakangnya untuk melakukan penelitian ?
·         Apakah anggarannya mampu ?
·         Apakah kerja sama yang diperlukan dapat diperoleh dari mereka yang menjadi subyek dalam? jika jawaban atas semua pertanyaan ini adalah ya, seseorang dapat menjadi yakin sejauh kepraktisan studi yang bersangkutan .

Selain itu terdapat beberapa hal Pertimbangan lain yang harus dilihat, yaitu:
1. Pertimbangan personal
a.  Apakah masalah penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan harapan-harapan yang lain?
b. Apakah saya benar-benar tertarik dengan permasalahan tersebut?
c.  Apakah untuk meneliti permasalah tersebut saya memiliki keterampilan, kecakapan, dan latar belakang pengetahuan yang memadai?
d.  Apakah saya memiliki akses peralatan, laboratorium, dan materi-materi yang diperlukan untuk meneliti permasalahan tersebut?
e. Apakah saya memiliki waktu dan biaya untuk menyelesaikan penelitian tersebut?
f. Dapatkan saya memperoleh data yang akurat?
g.  Apakah masalah yang saya teliti memiliki signifikansi bagi keperluan lembaga tempat saya menyerahkan laporan?
h.  Dapatkah saya memperoleh bantuan administrasi, petunjuk/pembimbing, dan kerjasama untuk melaksanakan penelitian ini?
2. Pertimbangan sosial
a.  Apakah hasil penelitian ini dihargai dan memiliki kontribusi terhadap pengembangan pengetahuan di lapangan?
b.  Apakah temuan-temuan yang diperoleh memiliki nilai terhadap para pendidik, orang tua, dan para pekerja social, dan yang lainnya?
c. Apakah penelitian ini akan merupakan petunjuk bagi pengembangan penelitian-penelitian yang lain?
d. Apabila judul ini telah diteliti apakah perlu diperluas di luar keterbatasan yang ada
sekarang?
e. Akankah peralatan dan teknik yang tidak cukup reliable dalam melaksanakan penelitian ini, maka kesimpulan-kesimpulannya akan memiliki nilai yang diragukan?
Agar permasalahan tersebut selanjutnya memudahkan dan bermanfaat untuk diteliti, sebaiknya permasalahan tersebut:
a.   Dipilih dari hal-hal yang menjadi perhatian dan memerlukan pemecahan.
b.  Memudahkan dalam pengumpulan dan penjajagan data yang terkait dengan permasalahan.
c.   Memudahkan dalam mengobservasi fakta-fakta yang relevan yang memungkinkan akan menjadi kunci untuk memecahkan kesulitan atau permasalahan yang ditemukan.
d. Memiliki literatur yang akan menjadi landasan teoritis untuk pembentukan asumsi sebagai landasan untuk pembentukan hipotesis.
Langkah-langkah formulasi masalah dalam penelitian
1.      Identifikasi area interes Anda (masih luas?)
2.      Persempit area luas itu menjadi ‘sub-area’ yang lebih fokus (diskusi dengan teman/pakar)
3.      Pilih ‘sub-area’ yang Anda minati (lakukan eliminasi)
4.      Buat pertanyaan penelitian
5.      Formulasikan tujuan umum dan tujuan khusus
6.      Ases berdasarkan kelaikan (misal dengan FINER)
7.      Yakinkan kembali (apakah masih tetap interes?)
Kesulitan-kesulitan yang sering terjadi pada saat peneliti mengumpulkan masalah-masalah guna dijadikan penelitian:
1.       Peneliti mengumpulkan data tanpa rencana atau tujuan penelitian yang  jelas.
2.       Peneliti memperoleh sejumlah data dan berusaha untuk merumuskan masalah penelitian sesuai dengan data yang tersedia.
3.       Peneliti merumuskan masalah peneliti dalam bentuk terlalu umum dan ambiugitas sehingga menyulitkan interprestasi hasil dan pembuatan kesimpulan penelitian.

B.       Masalah dalam Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Pengembangan
Masalah dalam penelitian kuantitaif, kualitatif, dan pengembangan tetu saja berbeda dalam pendekatannya, tetapi masalah dalam ketiganya mempunyai dasar-dasar yang sama. Berikut perbedaan masalah dalam ketiga penelitian tersebut:
a.    Masalah dalam Penelitian Kuantitatif
Masalah dalam Penelitian kuantatif dan kualitatif berbeda tentunya, dalam penelitian kuantitatif masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian harus jelas, spesifik, dan dianggap tidak berubah. Oleh karena itu masalah dalam penelitian kuantitaif bersifat permanen, tidak akan berubah, dan tidak akan berkembang.
Penelitian kuantitatif menuntut jawaban yang pasti, jelas, tidak ambigu, dalam setiap jawaban masalah, oleh karena itu instrumen dalam bentuk kuesioner mungkin sangat tepat dalam pengumpulan data. Karena terlalu luasnya masalah penelitian kuantitatif membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel. Pada penelitian kuantitatif, pembatasan masalah didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan feasibilitas.
b.   Masalah dalam penelitian kualitatif
Berbeda dengan penelitian kuantitatif, masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat remang-remang, gelap kompleks, dan dinamis. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentative dan akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan.
Dalam penelitian kualitatif, terdapat tiga kemungkinan yang akan terjadi terhadap masalah yang akan dibawa oleh peneliti, yakni: yang pertama masalah yang dibawa peneliti tetap, sehingga mulai awal hingga akhir masalah tetap sama, yang kedua masalah yang dibawa peneliti memperluas atau memperdalam, sehingga masalah yang dibawa peneliti cukup dengan disempurnakan, dan yang ketiga adalah masalah yang dibawa peneliti berubah total, sehingga harus diganti keseluruhan. Dalam penelitian kualitatif batasan masalah dibatasi dengan “focus penelitian”, yang berisi pokok masalah yang bersifat umum.
Penelitian kualitatif menetapkan fokus penelitian lebih didasarkan pada tingkat kebaruan dari informasi yang diperoleh dilapangan. Fokus dalam penelitian kualitatif diperoleh setelah peneliti melakukan penjelajahan umum, yaitu seperti survey awal sebelum dilakukan penelitian, dari penjelajahan umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang situasi sosial. Dalam menetapkan fokus penelitian terdapat empat alternatif, yakni:
-   Menetapakn fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.
-   Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu.
-   Menetapkan fokus yang mempunyai nilai temuan untuk pengembangan IPTEK.
-   Menetapkan fokus berdasarkan teori-teori yang telah ada.

c.    Masalah Dalam Penelitian Research And Development (R & D)
Masalah dalam penelitian pengembangan juga bisa disebut dengan potensi. Menurut sugiyono (2012:298) “potensi adalah segala sesuatu apabila didayagunakan akan memiliki nilai tambah”, dalam R & D potensi yang ada dapat menjadi masalah, begitu juga sebaliknya, masalah dapat juga menimbulkan potensi sehingga bisa diteliti menggunakan penelitian dan pengembangan.
Potensi dan masalah yang dikemukanan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data yang empirik. Tetapi data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain, dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan maupun instansi yang masih up to date.
Penelitian pengembangan dalam mengungkapkan masalah yang menjadi ide penelitian juga mengungkapkan parameter penelitian, penentuan desain penelitian dan mengungkapkan data pada penelitian sebelumnya, sesuai pernyataan Rita C. Richey(2005:4) “The problem definition stage must also establish research parameters. At minimum, this involves determining whether the research will be conducted as the design and development is occurring or whether retrospective data will be collected on a previously developed program or set of materials. Then the scope of the study must be established”.
Pada penelitian pengembangan, batasan masalah atau potensi dilakukan dengan cara keterbatasan penelitian, dimana mengungkapkan keterbatasan dari produk yang dihasilkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, khususnya untuk konteks masalah yang lebih luas.

C.      Rumusan Masalah
Rumusan masalah berbeda dengan masalah, rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun, rumusan masalah dan masalah berkaitan erat yakni, rumusan masalah penelitian harus berdasarkan masalah penelitian. Rumusan masalah sebaiknya berupa kalimat tanya, rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat dan jelas. Menurut PPKI UM edisi ke lima (2010:16) “rumusan masalah harus dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan untuk dikumpulkan data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan”. Perumusan masalah bertujuan untuk:
1.      Mencari sesuatu dalam kerangka pemuasan akademis seseorang
2.      Memuaskan perhatian serta keingintahuan seseorang akan hal-hal yang baru
3.      Meletakkan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian sebelumnya ataupun dasar untuk penelitian selanjutnya
4.      Memenuhi keinginan sosial
5.      Meyediakan sesuatu yang bermanfaat
Merumuskan rumusan masalah haruslah menggunakan kalimat tanya (interogatif) masalah tunggal / terpisah, bila ada beberapa masalah, dibuat beberapa pertanyaan, kecuali pertanyaan sangat banyak dapat dikelompokkan menjadi pertanyaan kolektif (misalnya aspek demografis). Menurut sugiyono (2012:35) rumusan masalah dibagi menjadi tiga, yakni:
1.      Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan sesuatu. Jadi, dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu dengan sampel lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel lain. Contoh rumusan masalah deskriptif:
·         Seberapa tinggi efektifitas kebijakan mobil berpenumpang tiga di Jakarta?
·         Seberapa baik kinerja cabinet gotong royong
2.      Rumusan Masalah Komparatif, adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan. Contoh:
·         Adakah persamaan prosmosi antara perusahaan A dan perusahaan B?
·         Adakah perbedaan kualitas manajeman antara bank swasta dan bank pemerintah?

3.      Rumusan Masalah Asosiatif, adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan. Rumusan masalah asosiatif dibagi ke dalam tiga bentuk, yakni: hubungan simetris, hubungan kausal, dan hubungan interaktif atau reciprocal atau timbal balik.
a.     Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang munculnya bersamaan, contoh:
·         Adakah hubungan anatara banyaknya semut dipohon dengan tingkat manisnya buah?
·         Adakah hubungan anatara warna rambut dengan kemampuan memimpin?
b.    Hubungan Kausal, adalah hubungan yang bersifat sebab akibat, contoh:
·         Adakah pengaruh system penggajian dengan prestasi kerja?
·         Adakah pengaruh tata letak ruang kantor terhadap efisiensi pekerja?
c.     Hubungan Interaktif atau Reciprocal atau Timbal Balik, adalah hubungan yang saling mempengaruhi, contoh:
·         Adakah hubungan motivasi dan prestasi? (disini dapat dinyatakan bahwa prestasi mempengaruhi motivasi, dan motivasi juga mempengaruhi prestasi)
Beberapa jurnal ilmiah menuliskan rumusan masalah tidak dituangkan secara tegas, dan bukan kalimat Tanya atau bukan dituangkan dalam kalimat Tanya, tetapi dinyatakan secara tegas dalam tujuan penelitian. Perumusan masalah dirasakan sukar karena:
·         Tidak semua masalah dilapangan dapat diuji secara empiris
·         Tidak ada pengetahuan atau tidak diketahui sumber atau tempat mencari masalah
·         Kadang-kadang si peneliti dihadapkan kepada banyak masalah penelitian, dan dia tidak dapat memilih masalah mana yang lebih baik untuk dipecahkan
·         Adakalanya suatu masalah cukup menarik, tetapi data yang diperlukan sulit diperoleh
·         Peneliti tidak tahu kegunaan spesifik dari masalah tersebut

D.      Perumusan Masalah dalam Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Pengembangan
Perumusan masalah tidak selalu terdapat dalam penelitian, ada beberapa penelitian yang tidak menampilkan perumusan masalah tetapi diganti dengan tujuan penelitian. Pada dasarnya perumusan masalah sama dengan tujuan penelitian, hanya saja perumusan masalah berbentuk kalimat tanya sedangkan tujuan penelitian berbentuk pernyataan.
a.    Perumusan Masalah penelitian Kuantitatif
Rumusan masalah dalam penelitian kuantitatif berkaitan dengan variabel penelitian, sehingga rumusan masalah sangat spesifik, dan akan digunakan peneliti sebagai panduan penyususnan landasan teori, hipotesis, instrument, dan teknik analisis data. Berikut rumusan masalah pada penelitian kuantitatif:
a.       Rumusan masalah deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi, dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu dengan sampel lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel lain. Contoh rumusan masalah deskriptif:
·         Seberapa tinggi efektifitas kebijakan mobil berpenumpang tiga di Jakarta?
·         Seberapa baik kinerja cabinet gotong royong
Dari beberapa contoh diatas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri.
b.      Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih, pada dua atau lebih sampel yang berbeda. Contoh:
·         Adakah persamaan prosmosi antara perusahaan A dan perusahaan B?
·         Adakah perbedaan kualitas manajeman antara bank swasta dan bank pemerintah?

c.       Rumusan Masalah Asosiatif.
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Rumusan masalah asosiatif dibagi ke dalam tiga bentuk, yakni: hubungan simetris, hubungan kausal, dan hubungan interaktif atau reciprocal atau timbal balik. Berikut penjelasan masing-masing:
a.    Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang munculnya bersamaan, contoh:
·         Adakah hubungan anatara banyaknya semut dipohon dengan tingkat manisnya buah?
·         Adakah hubungan anatara warna rambut dengan kemampuan memimpin?

b.    Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat, jadi dalam hubungan kausal harus terdapat variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang terpengaruh), contoh:
·         Adakah pengaruh system penggajian dengan prestasi kerja?
·         Adakah pengaruh tata letak ruang kantor terhadap efisiensi pekerja?

c.    Hubungan Interaktif atau Reciprocal atau Timbal Balik.
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi, pada hubungan ini tidak diketahui mana variabel independen dan mana variabel dependen, contoh:
·         Adakah hubungan motivasi dan prestasi? (disini dapat dinyatakan bahwa prestasi mempengaruhi motivasi, dan motivasi juga mempengaruhi prestasi)

b.   Perumusan Masalah Kualitatif
Rumusan masalah kualitatif merupakan fokus penelitian yang bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk lapangan atau situasi sosial tertentu. Dalam penelitian kualitatif pertanyaan penelitian tidak dirumuskan atas dasar definisi operasional dari suatu variabel penelitian. Pertanyaan kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yangm kompleks, interaksi sosial yang terjadi dan kemungkinan ditemukan hipotesis atau teori baru.
Seperti halnya rumusan masalah penelitian kuantitatif, rumusan masalah penelitian kualitatif juga dibagi menjadi tiga, antara lain:
1.      Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi social, yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Contoh:
·         Apakah makna peristiwa itu bagi orang-orang yang ada pada setting itu?

2.      Rumusan Masalah Komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan anata konteks sosial atau domain satu dibandingkan dengan yang lain. contoh:
·         Apakah pola terbentuknya kemiskinan antara satu keluarga dengan keluarga yang lain berbeda?

3.      Rumusan Masalah Asosiatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi sosial atau domain satu dengan domain yang lain. Rumusan masalah asosiatif dibagi ke dalam tiga bentuk, yakni: hubungan simetris, hubungan kausal, dan hubungan interaktif atau reciprocal atau timbal balik.
a.    Hubungan simetris
Adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang munculnya bersamaan,
b.    Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat
c.    Hubungan Interaktif atau Reciprocal atau Timbal Balik.
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi, contoh: bagaimana pola terbentuknya mereka menjadi miskin?

c.    Perumusan Masalah Pada Pendekatan Penelitian dan Pengembangan
Pada penelitian dan pengembangan tidak dicantumkan perumusan masalah, tetpi dicantumkan tujuan penelitian yang berbentuk pernyataan (Sesuai PPKI). Perumusannya bertolak dari masalah yang ingin dipecahkan dengan menggunakan alternative yang telah dipilih, dalam memilih alternative pemecahannya penelitian dan pengembangan, harus memilih alternative yang dianggap mampu untuk mencapai kondisi ideal.
Rumusan tujuan (yang berbentuk pernyataan) dalam penelitian dan pengembangan berisi dua informasi, yaitu (1) masalah yang akan dipecahkan dan (2) spesifikasi cara yang akan digunakan atau spesifikasi perangkat pembelajaran yang akan dihasilkan (bila pengembangan suatu alat).
E.  Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
1.    Definisi variabel penelitian
Secara teoritis menurut Hatch dan Farhady dalam sugiyono (2012:38) variabel adalah “atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang lainnya atau satu obyek dengan obyek yang lain”.
Berdasar Wikipedia variabel : adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi fokus di dalam suatu penelitian. Kerlinger dalam sugiyono (2012:38) menyatakan variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di simpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan uji kajian teoritis, dan melakukan uji pendahuluan terlebih dahulu pada obyek yang akan diteliti, seringkali dalam merumuskan masalah peneliti tidak terlebih dahulu malakukan studi pendahuluan terhadap obyek sehingga rumusan masalah tidak menjadi masalah pada obyek yang diteliti, jadi studi pendahuluan dapat membawa peneliti untuk memilih variabel penelitian yang sesuai.
2.    Macam-macam variabel penelitian
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain atau fungsinya maka macam-macam variabel dapat dibedakan menkadi lima yakni:
1.    variabel Independen : variabel ini sering disebut variabel stimulus, predictor, antecendent, dan variabel bebas. Yaitu variabel yang menyebabkan atau menjadi penyebab perubahan variabel dependen.
2.    Variabel dependen: sering disebut variabel output, criteria, konsekuen, atau variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
3.    Variabel moderator: variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Sering juga disebut variabel independen ke dua. Contoh: gambar berikut menunjukkan variabel moderator.
Motivasi Kerja
(variabel independen)
Produktifitas Kerja
(variabel dependen)
Kepemimpinan
(variabel Moderator)
 




Gambar 2: contoh variabel moderator
4.   
Penghasilan
(variabel independen)
Gaya hidup
(varaibel intervening)
Harapan Hidup
(variabel dependen)
Budaya Lingkungan
(variabel Moderator)
Variabel intervening: variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan variabel independen dan dependen menjadi hubungan yang tidak bisa diamati dan diukur. Variabel ini berada diantara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak secara langsung mempengaruhi timbulnya variabel dependen. Berikut contoh variabel intervening, penelitian pengaruh penghasilan terhadap harapan hidup.




Gambar 3: contoh variabel intervening
5.    Variabel kontrol: variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang diteliti. Variabel control sering digunakan oleh peneliti pada saat melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. Contoh variabel control: pengaruh jenis pendidikan terhadap keterampilan mengetik.

Pendidikan SMA dan SMK
(variabel independen)
Keterampilan Mengetik
(variabel dependen)
Naskah, tempat, mesin tik dibuat sama
(variabel Kontrol)
 





Gambar 4: contoh variabel Kontrol
6.    Variabel luar (epsilon(ε)) adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi variabel dependen akan tetapi tidak diteliti
7.    Variabel rambang yaitu variabel lain peneliti menganggap tidak berpengaruh atau kalaupun ada pengaruhnya sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

F.   Variabel Penelitian pada Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Pengembangan.
Kedudukan variabel dalam penelitian berbeda-beda berikut perbedaan kedudukan variabel dalam berbagai metode pendekatan penelitian:
a.    Variabel Dalam Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif seringkali hanya mengamati beberapa variabel saja, terutama variabel independen dan variabel dependen, serta sedikit variabel moderator dan variabel control, hal ini disebabkan keterbatasan peneliti sehingga tidak semua variabel diamati. Variabel pada penelitian kuantitatif lebih condong kepada variabel yang dapat di ukur.


b.   Variabel Dalam Penelitian Kualitatif
Pada penelitian kualitatif hubungan antar semua variabel tersebut akan diamati, karena pada penelitian kualitatif berasumsi bahwa gejala itu tidak dapat diklarisifikasikan, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (holistic). Variabel pada penelitian kualitatif lebih cenderung kepada variabel yang sulit untuk di ukur.

c.    Variabel Dalam Penelitian Pengembangan
Penelitian menggunakan pendekatan research and development, seringkali menggunakan variabel dependen dan variabel independen, sesuai dengan pernyataan Rita C. Richey  (2005:6) “experimental studies concentrate upon the specific variables being studied, usually the independent and dependent variables”.
Seringkali tidak hanya menggunakan variabel-variabel yang telah dijelaskan di atas tetapi juga menggunakan tiga variabel berikut:
·         Variabel input,  yakni suatu variabel yang terkait input produk sebelum dikembangkan
·         Variabel proses, yakni variabel yang terkait dengan cara mengembangkan produk.
·         Variabel output, yakni suatu variabel yang terkait dengan hasil yang diharapkan setelah dilakukan tahap proses

G. HIPOTESIS
1.    Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari penggalan kata ”hypo” yang artinya ”di bawah” dan thesa” yang artinya ”kebenaran”, jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa dan berkembangan menjadi Hipotesis.Pengertian Hipotesis menurut Sutrisno Hadi adalah tentang pemecahan masalah. Sering kali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawaban melalui penelitian yang dilakukan. Menurut Prof. Dr. H. Agus Irianto dalam statistik: Konsep dasar, Aplikasi dan Pengembangannya,  hipotesis merupakan dugaan sementara yang didasarkan pada teori, dimana dugaan tersebut merupakan jawaban sementara atas problem yang dikemukakan atau yang akan dipecahkan.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat ditarik persamaan bahwa hipotesis adalah suatu dugaan yang perlu diketahui kebenarannya melalui penelitian berdasarkan data empiris, yang berarti dugaan itu mungkin benar dan mungkin juga salah.
2.    Fungsi hipotesis dalam penelitian
Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian. Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, ada yang berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti, tetapi ada juga yang menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis.
Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
1.      Untuk menguji teori,
2.      Mendorong munculnya teori,
3.      Menerangkan fenomena sosial,
4.      Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
5.      Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.

3.    Jenis-jenis Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto, jenis Hipotesis penelitian pendidikan dapat di golongkan menjadi dua yaitu :
1.    Hipotesis Kerja, atau disebut juga dengan Hipotesis alternatif (Ha atau H1).Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y,  atau  adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja:
§   Jika................maka..............
§  Ada perbedaan antara........................dan..........................
§  Ada pengaruh.....................terhadap    .....................

2.    Hipotesis Nol (Null hypotheses) Ho.
Hipotesis nol sering juga disebut Hipotesis statistik,karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis Nol menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel X dan Y,  atau  tidak adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis nol:
§  Tidak ada perbedaan antara.......................dengan..................
§  Tidak ada pengaruh...................terhadap................... 

Pada hipotesis kerja atau hipotesis alternatif ( ) dirumuskan dengan kalimat positif sedangkan hipotesis nol ( ) dirumuskan dengan kalimat negatif.
4.    Karakteristik Hipotesis
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
§  Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
§  Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
§  Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
§  Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
§  Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
§  Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
§  Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.
.



5.    Macam-macam permasalahan dan hipotesis penelitian
Penelitian pada tingat eksplanasi (memberikan keterangan terhadap variabel-variabel yang akan diteliti tentang objek penelitian melalui data yang dikumpulkan) dibagi menjadi tiga yaitu deskriptif, komparatif dan asosiatif. Penelitian tingkat eksplanasi paling sederhana yaitu deskriptfi. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui dalam masalah produktivitas karyawan, disiplin pegawai,  prestasi belajar dan lain-lain. Masing-masing hanya berkenaan dengan satu variabel saja dan tidak menghubungkan atau membandingkan dengan variabel lain. Penelitian deskriptif hanya menggambarkan (mendeskripsikan) tentang sampel atau populasi. Penelitian bentuk deskriptif ini hasilnya tidak dapat digunakan generalisasi pada populasi (secara umum) ataupun tidak dapat digunakan untuk mengontrol populasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan penelitian diuraikan sebagai berikut :
  1. Permasalahan yang bersifat deskriptif, yaitu permasalahan yang tidak membandingkan dan menghubungkan dengan variabel lain; hanya menggambaran variabel saja.
Contoh :
Seberapa banyak hasil panen udang windu di Kabupaten Sidoarjo ?
  1. Permasalahan bersifat komparatif adalah permasalahan yang menggambarkan perbedaan karakteristik dari dua variabel atau lebih.
Contoh :
Adakah perbedaan kemampuan kerja pegawai antara perusahaan TIANSHI dengan perusahaan CNI di Bangil ?
  1. Permasalahan yang bersifat asosiatif adalah permasalahan yang menghubungkan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. Adapun menuruut sifat hubungannya terdiri atas tiga jenis, yaitu :
a.       Hubungan simetris ialah hubungan yang bersifat kebersamaan antara dua variabel atau lebih
Contoh :
Adakah hubungan antara postur tubuh seseorang dengan gaya kepemimpinan ?
b.      Hubungan sebab akibat (kausal) ialah hubungan yang bersifat mempengaruhi antara dua variabel atau lebih.
Contoh :
Seberapa besar pengaruh tambahan gaji pegawai terhadap disiplin kerja pegawai ?
c.       Hubungan interaktif ialah hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat saling mempengaruhi.
Contoh :
Adakah hubungan antara pemberian insentif  dengan efektivitas kerja ?

6.    Pengujian hipotesis
  1. Hipotesis direksional
Hipotesis direksional adalah rumusan hipotesis yang arahnya sudah jelas atau disebut juga hipotesis langsung. Sedangkan pengujian hipotesis direksional terdiri atas dua uji, yaitu uji pihak kiri dan uji pihak kanan.

  1. Hipotesis Nondireksional
Hipotesis nondireksional (hipotesis tidak langsung) adalah hipotesis yang tidak menunjukkan arah tertentu. Jika rumusan  berbunyi kalimat; tidak sama dengan (≠), maka sebaliknya jika  berbunyi kalimat; sama dengan (=). Pengujian ini menggunakan uji dua pihak (two tailed test).

7.    Kesalahan dalam uji hipotesis
Walaupun berdasarkan analisis statistik telah menolak atau menerima suatu hipotesis, hal ini belumlah memberikan kebenaran mutlak 100% kepada kita, sebab kita terbisa bekerja dengan data sampel sehingga kekeliruan sampling selalu ada betapa pun kecilnya. Ada dua kesalahan dalam pengujian hipotesis, yakni sebagai berikut :
1.      Apabila kita nyatakan  diterima, kemudian dibuktikan melalui penelitian kita menerimanya, maka kesimpulan yang dibuat adalah benar.
2.      Apabila kita nyatakan  diterima,  kemudian dibuktikan melalui penelitian ditolak, maka kesimpulan yang diambil itu merupakan kesalahan yang disebut kesalahan Model I (a).
3.      Apabila  kita tolak, kemudian dibuktikan melalui penelitian menolaknya, maka kesimpulan yang dibuat adalah benar.
4.      Apabila  kita tolak, kemudian dibuktikan melalui penelitian diterima, maka kesimpulan yang diambil itu merupakan kesalahan yang disebut kesalahan Model II (b).
Hubungan antara hipotesis, kesimpulan dan model kesalahan dapat disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel Model Kesalahan Ketika Membuat Kesimpulan Dalam Pengujian Hipotesis
Kesimpulan
Keadaan Yang Sebenarnya
 benar
 Salah
Menerima
Kesimpulan Benar
Kesalahan Model II (b)
Menolak
Kesalahan Model I (a)
Kesimpulan Benar
Tabel 1: Model Kesalahan Ketika Membuat Kesimpulan Pengujian Hipotesis
8.    Hipotesis pada penelitian Kuantitatif, kualitatif dan pengembangan
Hipotesis pada penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sejak awal, yang berasal dari teori relevan yang telah dipilih.
Hipotesis pada penelitian kualitatif bisa menggunakan hipotesis dan bisa tanpa hipotesis. Jika ada maka hipotesis bisa ditemukan di tengah penggalian data, kemudian “dibuktikan” melalui pengumpulan data yang lebih mendalam lagi.
Pada penelitian pengembangan atau reserch and development tidak dirumuskan sebuah hipotesis.
H.  DATA
1.        Definisi data
Data adalah sekumpulan keterangan yang dapat menjelaskan suatu hal (kuswanto). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, data diartikan sebagai kenyataan yang ada yang berfungsi sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan yang benar, dan keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran dan penyelidikan. Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian (suryana). Jadi dapat disimpulkan bahwa data adalah sekumpulan keterangan berupa fakta yang dapat menjelaskan suatu hal untuk menjawab pertanyan penelitian.
2.        Syarat data yang baik
1.      Data harus objektif : data harus apa adanya dan tidak adanya rekayasa
2.      Data harus representatif: data harus dapat mewakili dari keseluruhan objek pengamatan.
3.      Data harus reliabel: data yang memiliki kesalah baku yang relatif kecil, sehingga jika membuat suatu perkiraan  selisih antara perkiraan dan sebenarnya sangat kecil.
4.      Data harus relevan: data harus sesuai dengan penelitian yang dikehendaki.
5.      Data harus uptodate: data yang digunakan harus terbaru dan terkini.

Untuk keperluan penelitian yang variatif, dibutuhkan juga data yang variatif sehingga dapat menunjang dari hasil penelitian untuk itu data dibedakan beberapa macam, antara lain:

3.      Data menurut penyajiannya:
1.      Data tunggal yaitu, data yang disajikan satu per satu.
2.      Data kelompok, yaitu data yang disajikan berdasarkan interval tertentu (dikelompok-kelompokkan)
4.        Data berdasarkan sumbernya:
1.      Data internal, yaitu data yang diperoleh dari instansinya sendiri, misalkan untuk keperluan identitas pegawai suatu perusahaan, diambil data tentang personalia.
2.      Data eksternal, yaitu data yang diperoleh dari luar instansinya sendiri, misalkan untuk keperluan tentang perkembangan harga produk suatu perusahaan, data yang diambil diluar perusahaan dengan tujuan untuk membandingkan harga produknya.

5.        Data Berdasarkan Cara memperolehnya:
1.      Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya.
2.      Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).
Pemahaman terhadap kedua jenis data di atas diperlukan sebagai landasan dalam menentukan teknik serta langkah-langkah pengumpulan data penelitian.

6.        Data Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu data kualitatif (yang berbentuk kata-kata/kalimat) dan data kuantitatif (yang berbentuk angka).
1.    Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat kata-kata, atau gambar  bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip).
2.    Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.

Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif dapat dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu sebagai berikut:
1.      Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh dengan cara menghitung/membilang (bukan mengukur). Misalnya jumlah desa ada 5, jumlah jenis kelamin ada 2, dll.
  1. Data kontinum adalah data dalam bentuk angka/bilangan yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinum dapat berbentuk bilangan bulat atau pecahan tergantung jenis skala pengukuran yang digunakan.

Berdasarkan tipe skala pengukuran yang digunakan, data kuantitatif dapat dikelompokan dalam empat jenis (tingkatan) yang memiliki sifat berbeda yaitu:
  1. Data nominal atau sering disebut juga data kategori yaitu data yang diperoleh melalui pengelompokkan obyek berdasarkan kategori tertentu. Contoh: Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Kepegawaian, dll.
  2. Data ordinal adalah data yang berasal dari suatu objek atau kategori yang telah disusun secara berjenjang menurut besarnya. Setiap data ordinal memiliki tingkatan tertentu yang dapat diurutkan mulai dari yang terendah sampai tertinggi atau sebaliknya. Contoh: Urutan juara, data diperingkatkan, dll.
  3. Data Interval adalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas dasar kriteria tertentu serta menunjukan semua sifat yang dimiliki oleh data ordinal. Kelebihan sifat data interval dibandingkan dengan data ordinal adalah memiliki sifat kesamaan jarak (equality interval) atau memiliki rentang yang sama antara data yang telah diurutkan. Contoh: Skala pengukur temperatur (Celcius, Reamur, Fahrenheit) dan pengkur gempa (Richter)
  4. Data rasio adalah data yang menghimpun semua sifat yang dimiliki oleh data nominal, data ordinal, serta data interval. Data rasio adalah data yang berbentuk angka dalam arti yang sesungguhnya karena dilengkapi dengan titik Nol absolut (mutlak) sehingga dapat diterapkannya semua bentuk operasi matematik ( + , – , x, : ). Contoh : hasil pengukuran panjang, berat, dll.
7.        Metode Pengumpulan Data
Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data adalah terlebih dahulu harus mengetahui untuk apa data tersebut dikumpulkan. Apakah data tersebut sekedar menggambarkan mengenaisuatu keadaan/permasalahan atau untuk memecahkan suatu permasalahan. Apapun tujuan pengumpulan data terlebih dahulu harus mengetahui jenis elemen atau objek yang akan di selidiki. Ada beberapa metode pengumpulan data, antara lain:
  1. Penelitian lagsung di lapangan atau laboratorium
Penelitian di lapangan biasanya disebut dengan observasi atau pengamatan, ini merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan terhadab sebuah objek baik secara langsung maupun tidak langsung, pelaksanaan pengamatan dapat dilakuakan dengan:
·         Pengamatan langsung, yaitu pengamtan dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti.
·         Pengamatan tidak langsung, yaitu pengamatan terhadap suatu objek melalui suatu alat atau cara.
·         Pengamtan partisipasif, yaitu pengamatan ysng di lakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi yang dialami oleh responden, cara ini banyak dilakukan terutama dalam penelitian psikologi, sosiologi maupun antropologi.
  1. Interview ( wawancara)
Teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan rsponden. Pada wawancara langsung peneliti pengadakan tatap muka dengan responden, sedangkan pada wawancara tidak langsung, peneliti mewawancarai perantara yang tau persis tentang objek yang akan diteliti.
  1. Kuesioner (angket)
Angket dapat dipandang sebagai teknik pengumpulan data yang banyak kesamaan dengan wawancara. Perbedaanya adalah jika wawancara dilakukan secara lisan, sedangkan angket dilakukan secara tertulis. Bentuk penyusunan angket ada dua macam, yaiuu:
·         Angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan kemungkinan jawaban.
·         Angket tak berstruktur, yaitu angket yang tidak menyediakan kemungkinan jawaban.
8.        Data pada penelitian kuantitatif, kualitatif, dan pengembangan
Seperi yang teah di paparkan di atas data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika. Dimana data kuantitatif memiliki tingkatan sebagai berikut: nominal, ordinal, interval,dan rasio
Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitinya dapat betul-betul berkualitas, maka data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan,gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, dll), foto-foto, film, rekaman video, benda-benda, dan lain-lainyang dapat memperkaya data primer.
Pada penelitian penegembangan data yang perlu dikumpulkan harus disesuaikan dengan informasi apa yang dibutuhkan tentang produk yang dikembangkan itu.Paparan mengenai jenis data yang dikumpulkan hendaknya dikaitkan dengan desain dan pemilihan subjek uji coba. Adapun instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu Jika mengunakan instrumen yang sudah ada, maka perlu ada uraian mengenai karakteristik instrumen itu, terutama mengenai keshahihan dan keterandalannya. Apabila instrumen yang digunakan dikembangkan sendiri, maka prosedur pengembangannya juga perlu dijelaskan.Untuk teknik dan prosedur analisis yang digunakan untuk menganali-sis data, Apabila teknik analisis yang digunakan sudah cukup dikenal, maka uraian tidak perlu rinci sekali. Akan tetapi, apabila teknik tersebut belum banyak dikenal, maka uraian perlu lebih rinci

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryana, Cahya. 2011. Data dan Jenis Data Penelitian. (online), (http://csuryana.wordpress.com/category/penelitian/), diakses 13 oktber 2013
Khotari, R. C. 2004. Research Methodology: Method & Techiques. New Delhi: NEW AGE INTERNATIONAL (P) LIMITED
Kuswanto, D. 2012. statistik untuk pemula dan orang awam. Jakarta: Laskar Aksara
Richey, C. Rita. 2005. Creating Knowledge from Instructional Design and Development Practice, 16(2). (online), (http://www.researchgate.net/publication/225969619_Developmental_research_methods_Creating_knowledge_from_instructional_design_and_development_practice/file/60b7d51c4d191ba686.pdf), diakses 11 oktober 2013.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar